Senin, 10 Desember 2007

Model Kepercayaan dan Perayaan-Perayaan Keagamaan dalam Agama Shinto Jepang

Oleh: M. Agus Budianto


KAMI
Agama Shinto pada mulanya adalah agama alam yang merupakan perpaduan antara faham serba jiwa (animisme) dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam. Dengan cara yang sangat sederhana bangsa Jepang purba mempersonifikasikan semua gejala-gejala alam yang mereka temui. semua benda baik yang hidup atau yangmati dianggap memiliki ruh atau spirit bahkan kadang-kadang dianggap pula berkemampuan untuk berbicara. Semua ruh atau spirit itu dianggap memiliki daya-daya kekuasaan yang berpengaruh terhadap kehidupan mereka.daya-daya kekuasaan tersebut mereka puja dan disebut dengan kami.

Motoori Norinaga; Sarjanawan dan tokoh pembaharu agama Shinto di zaman modern menjelaskan:
Pada mulanya istilah kami diterapkan terhadap dewa-dewa langit dan bumi yang disebutkan dalam dokumen-dokumen kuno tertulis, dan terhadap spirit-spirit (mitama) yang mendiami tempat-tempat suci tempat mereka di puja. Di samping itu, bukan hanya manusia, tetapi burung-burng, binatang-binatang, tetumbuhan dan pohon-pohon, laut dan gunung-gunung, dan semua benda lain, apapun bentuknya, yang patut ditakuti dan dipuja karena memiliki kekuasaan yang tinggi dan luar biasa, semuanya disebut kami. Kami juga tidak memerlukan sifat-sifat istimewa karena memiliki kemuliaan, kebaikan, atau kegunaan khusus. Segala kewujudan yang jahat dan mengerikan juga disebut kami apabila merupakan objek-objek yang pada umumnya ditakuti.

Dari kutipan diatas diketahui adanya empat hal yang mendasari konsepsi kedewaan dalam agama Shinto, yaitu: (i) dewa-dewa tersebut pada umumnya merupakan personifikasi gejala-gejala alam; (ii) dewa-dewa tersebut dapat pula berupa manusia; (iii) dewa-dewa tersebut dapat dianggap mempunyai spirit yang mendiami tempat-tempat di bumi dan mempengaruhi kehidupan manusia dan (iv) pendekatan manusia terhadap dewa-dewa tersebut bertitik-tolak dari perasaan segan dan takut.Semua dewa tersebut dapat dibedakakan menjadi dua macam yaitu Dewa-dewa langit (Amatsu kami) dan Dewa-dewa bumi (Kuni-tsu-kami). Dewa langit bertmpat tinggal di takama no hara, dan dewa-dewa bumi tinggal di bumi. Pada masa purba dewa langit dianggap lebih tinggi daripada dewa bumi tetapi sekarang perbedaan tersebut sudah dihilangkan.

Dewi matahari sangat dihormati terutama karena diyakini sebgai leluhur kaisar Jepang. Ia mempunyai tiga sebutan nama Ama-terasu-omi-kami yang berarti ”dewa-agung-langit bersinar” atau Ama-terasu-hirume yang berarti “langit-bersinar-matahari-putri” atau Ama-terasu mi oya yang berarti “langit bersinar orang tua agung”. Selain tiga sebutan ia juga disimbolkan dengan sebuah cermin yang disebut dengan yata-kagami (delapan-tangan-cermin) atau Hi-gata no kagami (cermin berbentuk matahari) yang disimpan dalam sebuah kotak di jinja utama Ise. Symbol tersebut dipuja sedemikian rupa, dan sering disebut dengan Dewa Ise yang Agung

Dewa-Dewa:
1. Ta-no kami (Dewa ladang-ladang padi) Oho-na-mochi “pemilik-nama-besar” atau oho-kuni-nushi “penguasa tanah yang agung” atau oho-kuni-dama “spirit tanah yang agung”Ji-matsuri : Upacara tanah.
2.Yama-no-kami (Dewa gunung) dewa yang memerintah gunungDewa Ta-no-kami: Dewa gunung yang ada hubungannya dengan tanah-tanah pertanian.
3. Umi-no-kami (Dewa laut)Dewa laut terdiri dari tiga dewa yang disebut dengan Wata-tsumi-no-kami.
4. Suijin (Dewa air)Sering juga disebut dengan Midzuchi yang berarti “ayah tiri”.
5. Hino Kami (Dewa api)Diantara dewa-dewa api ialaha futsu-nushi yang turun dari langit untuk mempersiapkan negeri Jepang sebelum kedatangan ninigi cucu dari dewa matahari. Dewa api disimbolkan dengan sebuah pedang.
6. Kukunochi (ayah pohon/dewa pohon).
7. Dewa manusia: Sugawara michizane = Tenjin
Perayaan-perayaan atau Matsuri
1. Gion matsuriSejak 12 abad yang lampau pada masa kaisar Seiwa, Untuk menolak bahaya penyakit sampar.
2. Iwa-shimizu-matsuri disebut pula dengan Hojo-eDilaksanakan pada malam bulan purnama sekitar bulan Agustus sambil melepaskan benda-benda hidup seperti burung dan ikan.
3. Aoi-matsuriSetap setahun sekali dan telah di mulai sejak 16 abad yang lampau pada masa kaisar Kimmei, tujuannya adalah untuk memproleh hasil panen yang melimpah.
4. Kanda matsuriDilaksanakan tiap tahin pada bilan mei di tempat suci Kanda di Tokyo dengan membawa miniatur tempat-tempat suci yang diarak dan juga pawai kendaraan hias.
5. Kasuga matsuriPerayaan ini sudah ada sejak sembilan abad yang lampau yaitu pada masa kaisar Montoku, perayaan ini merujuk kepada perayaan keagamaan yang terdapat dalam lingkungan masyarakat Jepang purba.
6. Sanno-matsuriDiselenggarakan pada bulan juni tiap tahun dan merupakan perayaan yang sering disebut pula dengan “perayaan resmi” sebab diselenggarakan untuk menyenangkan pihak penguasa.
7. Tenjin matsuri Dalam arti umum: tenjin matsuri adalah perayaan-perayaan keagamaan yang diselenggarakan oleh tempat-tempat suci kitano-tenjin yang tersebar luas diseluruh negri, dan dalam pengertian khusus adalah perayaan yang diselenggarakan tiap tahun pada bulan julil di Osaka.
8. Tenno matsuriKata “tenno” disini adalah kependekan dari kara Gozutenno, nama lain dari dewa susanowo. Selama musim panas diselenggarakan perayaan untuk memuja dewa tersebut yang tujuannya adalah untuk memperoleh keselamatan dari berbagai macam penyakit.

Perayaan-perayaan keagamaan Jepang secara garis besar terbagi menjadi empat macam, yaitu:
1. Haru-matsuri: Perayaan musim semi, yang bertujuan untuk memohon rahmat dewa agar diberi hasil panen yang baik.
2. Aki-matsuri: Perayaan musim gugur, sebagai pernyataan terimakasih atas hasil panen.
3. Reisai: Perayaan tahunan, dan4. Shinko-shiki: Perayaan arak-arakan dewa
Permikiran keagamaan Shinto terhadap dunia:
1. Takama-no-hara: tanah langit tinggi. Yang berarti dunia suci yang menjadi tempat tinggal para dewa langit (Amatsu-kami).
2. Yomi-no-kuni: menurut kepercayaan agama Shinto orang yang sudah meninggal dunia akan pergi ke dunia ini. Dunia ini dibayangkan sebagai dunia yang gelap, kotor, jelek dan menyengsarakan.
3. Tokoyo-no-kuni: arti kata tokoyo adalah kehidupan yang abadi. Negeri ni dibayangkan sebagai sebuah dunia yang penuh kenikmatan dan kedamaian, dan dianggap sebagai tempat tinggal arwah orang-orang yang meninggal dunia dalam keadaan yang suci.
Ketiga dunia ini sering disebut dengan kakuri-yo yang berarti “dunia yang tersembunyi” sementara dunia tempat tinggal manusia (dunia aktual) disebut dengan utushi-yo, yang berarti dunia yang terlihat atau dunia yang terbuka.

AGAMA RAKYAT, UPACARA DAN PERAYAAN KEAGAMAAN
Agama rakyat sebenarnya adalah merupakan agama peimitip yang telah bercampur dengan unsure-unsur yang berasal dari agama Shinto, agama Buddha, dan agama-agama serta kepercayaan-kepercayaan lainnya. Agama rakyat tidak memiliki kitab-kitab suci, tidak tersusun dalam bentuk-bentuk organisasi tertentu, dan tidak pula berusaha mengembangkan ajaran-ajarannya ataupun memperluas para pengikutnya. Agmaa rakyat merupakan kepercayaan dan peribadaran yang diwarisi sebagai suatu tradisi dan diakui menjadi milik kita bersama. Agama rakyat juga tidak mementingkan pemikiran-pemikiran dalam bidang ajaran atau doktrin tetapi lebih menaruh perhatian pada pelaksanaan berbagai macam upacara dan perayaan keagamaan baik yang berupa rangkaian upacara tahunan, upacara-upacara peralihan, dan sebagainya, yang telah umum dilakukan dalam masyarakat. Oleh karena itu agama rakya dapat dianggap sebagai suatu “agama umum” atau dapat disebut dengan Minkan Shinto, yang berarti “agama Shinto kalangan rakyat”

Patung-Patung Dewa:
1. Patung dewa doso-jin: yaitu dewa pengawas jalan raya.
2. Patung dewa kamado-no-kami, yakni dewa pengawas api dapur.
3. Patung dewa ryu-jin, dewa ular naga yang dianggap sebagai dewa pembimbing dan pengawas angin dan huja.
4. Patung dewa daikokute, yaitu salah satu diantara ketujuh dewa yang memberikan keberuntungan dan nasib yang baik

Perayaan-perayaan
Perayaan tahunan:
1. Perayaan tahun baru ada dua yaitu: shogatsu dan koshogatsu, yang pertama adalah perayaan tahun baru yang berlangsung satu minggu dimulai pada tanggal 1 januari..koshogatsu: adalah perayaan tahun yang dimulai pada 7 januari dan berakhir 15 Januari. Pada tgl 14 Januari sore hari dinyalakan sebuah api unggun untuk menyambut datangnya kami yang telah bermurah hati memberikan padi pada setiap tahun.
2. Perayaan Pergantian musim: dirayakan ada tanggal 4 Februari pada umumnya dianggap sebagai permulaan musim semi.
3. Perayaan boneka (Hina matsuri)Diselenggarakan padatanggal 3 Maret.
4. Perayaan musim semiDiselenggarakan pada tanggal 23 Maret.
5. Perayaan musim bunga (Hana matsuri)Diselenggarakan pada tanggal 8 april.
6. Perayaan hari anak-anakDiselenggarakan pada tanggal 8 april.
7. Perayaan bulan junia. Perayaan kami air (Suijin matsuri) diselenggarakn pd tgl 15 junib. Perayaan musim panas diselenggarakan mnjelang akhir bulan juni terutama di daerah pedesaan untuk mencegah timbulnya wabah-wabah penyakit. Perayaan pensucian massal (Oharai) di selenggarakan di setap tempat suci dewa plindung di setiap tanggal 30 juni, secara simbolis orang-orang memindahkan dosa-dosa dan kotoran jiwa mereka yang telah tertumpuk selama setengah tahun sebelumnya ke sebuah boneka kertas yang mereka bawa.
8. Perayaan bintang (Tanabata)diselenggarakan pada malam tanggal 7 Juli guna memberi hormat kepada bintang Vega dan Altair.
9. Perayaan orang mati (Bon-matsuri)Dirayakan antara tanggal 13-16 Juli muakae-bi: yang berarti api selamat datang, okuri-bi: api selamat jalan.
10. Perayaan bulan agustustsukimi: upacara memangdang bulan (menikmati dan mengagumi keindahan bulan purnama) kaza-matsuri, perayaan keagamaan yang diselenggarakan dg tujuan mendamaikan kami-angin dan menghindari bahaya yang diakibatkan oleh angin topan.Upacara-upacara lain yang ada hubungannya dg panen padi.
11. Perayaan bulan September
Upacara peralihan:
1. Upacara masa kanak-kanak
2. Upacara usia dewasa
3. Upacara perkawinan4 Upacara usia lanjut
5. Upacara kematian

Sumber:
Dr. Djama’nnuri. MA. Agama Jepang. Yogyakarta. PT. Bagus Arafah. 1981
Dr. Djama’nnuri. MA. Agama Shinto. Dalam. Agama-Agama Dunia. Yogyakarta. IAIN Sunan Kalijaga Press. 1988

0 komentar: